Perencanaan Strategis Lahan Pertanian Dalam Mengatasi Krisis Pangan Nasional
Masalah
pangan sudah menjadi hal dasar dalam kebutuhan kelangsungan hidup. Banyak
faktor yang membuat masalah pangan menjadi penting dalam kelangsungan hidup.
Kemakmuran rakyat misalnya bisa digolongkan menjadi bangsa yang kaya akan
pertanian, serta menjadi aset global dalam penyedian kebutuhan pangan. Kebijakan
pemerintah dalam mengatasi pertanian sudah seharusnya lebih menfokuskan masalah
ini dalam mengatasi krisis pangan.
Secara
geografis negara Indonesai berada diiklim tropis serta dilalui garis
khatulistiwa sehingga membuat negara ini lebih strategis cocok akan lahan
pertanian. Selain itu kondisi wilayah yang luas menjadi dukungan yang sangat
besar menjadi pengahasil pangan global. Tetapi kenyataannya sangat jauh dari
harapan. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun sangat tidak seimbang untuk
memenuhi kebutuhan pagan penduduk Indonesia mencapai 255.587.718 jiwa, serta garis
kemiskinan dan pertambahan penduduk yang tidak seimbang menjadi tolok ukur
dalam keberhasilan penyediaan pangan global. Sehinnga bisa dikatakan negara
kita masih lemah dalam mengatasi masalah pangan di Indonesia.
Kondisi
hasil produksi pangan yang tidak seimbang membuat kita lebih bekerja ekstra
mengatasi masalah ini. Terutama langkah-langkah strategis jangka panjang maupun
jangka pendek. Salah satu cara yang tepat dalam masalah ini adalah dengan
mengatur perencanaan lahan pertanian secara konstruktif. Ketersediaan lahan pertanian
di Indonesia masih belum terkoordinasi dengan baik, terutama penyediaan data
lahan pertanian berbasis SIG (Sistem Informasi Geospasial). Hal ini akan
membuat kita dalam pengelolan kawasan pertanian terkoordinasi dengan baik dan
berkelanjutan.
Pembagian
kawasan pertanian di Indonesia sangat penting untuk meningkakan hasil pangan. Melihat
kondisi daerah topografi wilayah tertentu terutama dalam skala nasional.
Pertambahan penduduk menuntut penggunahan lahan semakin besar, baik sektor
industri maupun sarana infrastruktur. Hal ini tentu akan mengancam lahan
pertanian akan semakin sempit. Selain itu juga penempatan pembagian kawasan
pemukiman, kawasan industri, kawasan pertanian masih tidak sesuai dengan RTRW
(Rencana Tataa Ruang Wilayah) sesuai dengan kebutuhan. Penempatan kawasan
tersebut akan saling mempengaruhi tingkat produktivitasnya. Contohnya banjir
yang melanda sawah para petani tentu membuat hasil produksi padi menjadi sedikit,
peralihan produksi pertanian menjadi berkurang seiring perkembangan
globalisasi, serta pengolahan dan penyediaan pertanian yang tidak menyeluruh
baik penyediaan pupuk maupun sarana prasarana penunjang produksi pertanian
terutama dikawasan terpencil. Hal ini dikarenakan tidak adanya sistem yang terintegrasi
yang sama antara kawasan industri maupun infrastruktur terhadap pertanian.
Perencanaan
lahan pertanian berbasis SIG (Sistem Informasi Geospasial) bidang pertanian
merupakan metode yang efektif dalam pengambilan keputusan pengelolaan lahan
pertanian. Tetapi penyediaan data berbasis SIG (Sistem Informasi Geospasial) di
Indonesia belum diterapakan secara penuh khususnya skala nasional. Teknologi
penginderaan jauh dengan memanfaatkan citra satelit sangat mendukung penyediaan
data berbasis SIG dalam menentukan kawasan-kawasan yang menjadi “Spot Heigt” penyediaan lahan pertanian.
Karena SIG sendiri mencakup dasar-dasar lahan, kondisi topografi, serta informasi
pendukung lahan tersebut. Metode ini menjadi sangat mudah dalam mengevaluasi
produktivitas lahan. Sehingga kekurangan hasil produksi serta pengelolaan lahan
pertanian tersebut bisa direncanakan dan bisa menargetkan hasil produksi sesuai
jangka waktu tertentu.
Evaluasi
lahan pertanian sangat penting untuk melihat perkembangan lahan pertanian. Demi
tercapainya keseimbangan lahan pertanian di Indonesia, proses pengevaluasian
dilakukan dengan analisis informasi spasial dan diterapkan diseluruh kabupaten tiap-tiap
provinsi. Karena pemerintah kabupaten merupakan pelaksana teknis dengan
mengatur otonomi daerahnya khususnya bidang pertanian. Pengevaluasian lahan
tersebut dengan membandingkan luasan tutupan lahan dari tahun ketahun bisa
diketahui apakah luasan tutupan lahan pertanian tersebut meningkat atau
menurun. Peningkatan atau penurunan tutupan lahan akan menentukan produktivitas
hasil pertanian meningkat atau menurun. Jika luasan tutupan lahan suatu wilayah
meningkat tentu saja hasil produktivitasnya juga meningkat, tetapi jika menurun
bisa disimpulkan proses pengelolaan pemerintah yang kurang bijaksana. Jika
luasan tutupan lahan menurun tentu saja produksi pertanian akan sedikit.
Pengelolaan
lahan pertanian tidak akan maksimal tanpa adanya Sumber Daya Manusia yang
memilki keterampilan dan pengetahuan yang lebih dalam masalah pertanian. Penggunaan
peralatan pertanian berbasis teknologi perlu dukungan dari pihak industri.
Penyediaan pupuk yang terjangkau serta pengendalian bencana dan perbaikan
sarana infrastruktur akan mendukung produktivitas yang maksimal.Pertumbuhan
penduduk Indonesia semakin pesat membuat kebutuhan pangan semakin meningkat.
Salah satu cara mengatasi masalah pangan tersebut adalah memiliki perecanaan
yang strategis terhadap lahan pertanian. Pemanfaatan data berbasis SIG (Sistem
Informasi Spasial) merupakan metode yang efektif dalam mengatasi masalah
pangan. Dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah berperan penting dalam
masalah ini. Pengawasan ditingkat kabupaten sampai nasional diharapkan bisa
terealisasikan dengan memperhatikan pengevaluasian data lahan pertanian. Perencanaan
lahan pertanian diharapkan produktivitas hasil pertanian bisa ditingkatkan dan
mimpi Indonesia mengatasi masalah krisis pangan akan teratasi bahkan menjadi
pemasok pangan secara global.
makasih kang informasi dan pengetahuannya, tapi menrut akang bgaimana dengan sikap sekelompok orang yang memiliki kewenangan, yg menurut saya hanya mementingkan pada aspek intensifikasi pertaniannya saja tanpa adanya aspek ekstensifikasinya? seperti yg kita tahu lahan pertanian semakin hari semakin berkurang. teknologi yang akang berikan emang tepat tapi bagaimana aplikasinya apabila apa yg telah saya tanyakan diatas tadi emang benar terjadi?
BalasHapusthank mas Mualana pendapatnya,
BalasHapus"pertanian tidak dikaji oleh pakar pertanian saja, perkembangan ilmu dan teknologi sudah semakin luas, banyak unsur ekstrinsik yang justru bisa sangat mendukung unsur instrinsik pertanian itu sendiri,contohnya jurusan geodesi/geomatika bisa menyediakan informasi-informasi lahan pertanian dengan basis data sebagai pengambil alih pertanian sehingga bisa menyeimbangkan kondisi ekonomi dan sosial,